Minggu, 28 November 2010

ISI KTI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kesehatan anak merupakan hal yang sangat penting karena masa depan bangsa ada ditangan anak-anak dan untuk mewujudkannya adalah dengan melaksanakan program imunisasi bagi anak dimana imunisasi itu sendiri adalah merupakan dasar dan peningkatan kesehatan atau kualitas kesehatan bagi anak-anak (Depkes RI, 2001).
Imunisasi adalah salah satu upaya preventif yang merupakan pencegahan primer guna mencapai masa depan anak yang lebih sehat, imunisasi secara signifikan telah terbukti dan diakui sebagai upaya pencegahan suatu penyakit yang sempurna, menurunkan angka kesakitan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), serta berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2005).
Rendahnya cakupan imunisasi untuk bayi, anak dan ibu hamil kemungkinan besar mempertinggi kematian bayi, tanpa mendapat imunisasi yang lengkap bagi ibu maupun anak kemungkinan besar dapat diserang penyakit tertentu yang seharusnya dapat dicegah melalui imunisasi, guna menghindarkan kematian di saat muda. Pemahaman tentang imunisasi diperlukan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada anak sehat dan implikasi konsep imunisasi pada saat merawat anak sakit, khususnya pada kasus Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak dan Hepatitis (Depkes RI, 2000).
Di Indonesia pada tahun 1980 telah mulai Pengembangan Program Imunisasi (PPI) dengan pemberian vaksin Bacillus Calmette Guerine (BCG) dan Diphteri Pertusis Tetanus (DPT) 1, 2 dan 3 kemudian ditambah lagi dengan pemberian vaksin campak, sehingga tahun 1988 cakupan tercapai sebesar 65 % (Depkes RI, 2001).
Indikator Universal Child Imunization (UCI) yaitu 100% yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 3 dosis polio, 3 dosis hepatitis dan terakhir 1 dosis campak (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan penelitian tentang penyebab kematian pada balita di Indonesia ternyata 70% kematian balita disebabkan karena diare, radang akut pada saluran pernapasan dan PD3I. Jika imunisasi dilaksanakan dengan baik dan menyeluruh minimal 80% balita diimunisasi dengan keefektifan imunisasi mencapai 85% sampai 90% maka lebih kurang 115.000 kematian pada balita dapat dicegah (Suraatmaja, 1995).    
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka cakupan UCI tahun 2008 sebesar 6338 (104 %) yang berkunjung dari sasaran sebesar 5099. Berdasarkan Data dari Puskesmas Mowewe, yang terdiri dari 8 kelurahan, dengan sasaran bayi seluruhnya 461 cakupan Imunisasi keseluruhan yaitu 370 bayi dengan UCI Puskesmas yaitu yang lengkap imunisasinya bulan Januari sampai dengan Juli 2009 yaitu 126 (34,05%) (Data Imunisasi Puskesmas Mowewe, 2009).                                                                                                             
Dari latar belakang di atas menunjukkan bahwa jumlah cakupan UCI di Kecamatan Mowewe belum mencapai titik kulminasi, cakupan UCI belum sesuai standar, salah satu faktor dari masalah tersebut yang dapat mempengaruhi adalah pengetahuan, sikap dan tindakan Ibu terhadap pentingnya pemberian imunisasi, maka penulis ingin meneliti dalam suatu karya ilmiah dengan judul Studi Tentang Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Imunisasi Dasar di Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Tahun 2009 ”.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya dalam penelitian adalah bagaimana pengetahuan, dan sikap ibu terhadap imunisasi  dasar di Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka tahun 2009.
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap  ibu terhadap imunisasi dasar di Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka tahun 2009.
2.      Tujuan Khusus
a.    Mendigentifikasi pengetahuan ibu tentang imunisasi  dasar
b.   Mendigentifikasi sikap ibu terhadap imunisasi dasar.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat bagi pemerintah
Merupakan sumber informasi tentang gambaran pengetahuan dan sikap ibu tentang pentingnya imunisasi pada bayi, sehingga pemerintah khususnya Dinas Kesehatan dan Puskesmas dapat menentukan kebijakan yang berkaitan dengan imunisasi bagi petugas kesehatan khususnya petugas imunisasi.
2.      Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Merupakan bahan bacaan dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang relevan.     
3.      Manfaat bagi masyarakat
Dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat khususnya ibu tentang pentingnya pemberian imunisasi pada bayi.
4.      Manfaat bagi Akademi Perawat 
Sebagai pustaka di lingkungan AKPER dan sebagai salah satu bentuk pengabdian pada masyarakat.




























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang  Pengetahuan 
                      Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003)
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :
1. Sosial, ekonomi yaitu lingkungan sosial yang ikut mendukung tinnginya pengetahuan seseorang. Ekonomi yang baik maka tingkat pendidikan tinggi akan mempengaruhi pengetahuan.
2.  Kultur, yaitu budaya yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang terbaru akan disaring kira – kira sesuai atau tidak dengan budaya yang ada atau agama yang dianut.
3.  Pendidikan, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan maka ia akan mudah menerima hal – hal yang baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut.
4.  Pengalaman, yaitu berkaitan dengan unsur dan pendidikan individu, misalnya pendidikan yang tinggi maka pengalaman seseorang akan semakin banyak.  (Notoatmodjo, 2003)
              Semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya. Dengan berpendidikan tinggi, maka wawasan pengetahuan semakin bertambah dan semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik. (Mirzal T, 2008)
B. Tinjauan Umum Tentang Sikap     
             Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku
Menurut (Arianto, 2008) Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:
  1. Pengalaman pribadi
  2. Pengaruh orang lain yang di anggap penting
  3. Pengaruh kebudayaan
  4. Media massa
  5. Lembaga pendidikan
  6. Pengaruh faktor emosional
                 Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah menjadi strategi populer di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak – anak tidak akan di imunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak mendapatkan penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. (Muhammad A, 2002)
C. Tinjauan Tentang Imunisasi
1.      Pengertian dan Sejarah Imunisasi di Indonesia
Imunisasi berasal dari bahasa latin yaitu imunitas yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajibannya. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkan, yang bekerjasama secara kolektif dan terkoordinir untuk, melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh
Imunisasi adalah suatu upaya sangat penting dalam mencegah penyakit (Suraatmaja, 1995).
Imunisasi merupakan cara yang sangat efektif untuk mencegah banyak penyakit infeksi yang berbahaya (Wahab A dan Mandarina, 2002).

Imunisasi merupakan cara pencegahan penyakit infeksi tergantung pada pengendalian atau pemusnahan sumber infeksi, pemutusan rantai penularan dan peningkatan daya tahan tubuh perorangan terhadap infeksi (Pertusi A, 1995).
Imunisasi berasal dari kata ”imun”, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Notoatmodjo S, 2003).
Imunisasi adalah suatu tindakan atau usaha yang diberikan pada bayi untuk mencegah suatu penyakit tertentu (Suryana, 1996).
Imunisasi adalah upaya memberikan imunitas atau kekebalan kepada seseorang secara aktif dengan cara memberikan vaksinnya (Ma’ruf, 2005).
Imunisasi adalah memasukkan kuman penyakit tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh seseorang agar didalam tubuh tersebut membentuk kekebalan tubuh (antibodi) terhadap penyakit tertentu (Depkes RI, 1999).
Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit untuk meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan dan efektivitas program imunisasi dapat dinilai dari penurunan angka kesakitan dan kematian penyakit tersebut (Tjitra, Lubis, Hapsari & Budiarto, 1996).
Program imunisasi nasional untuk bayi 0-11 bulan meliputi imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG), Diphteri Pertussis Tetanus (DPT), Polio, Hepatitis B dan Campak (Depkes RI, 2005).
  Sejarah imunisasi di Indonesia dimulai dari Pulau Jawa dengan vaksin cacar dimulai pada tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar. Selanjutnya mulai dikembangkan vaksinasi antara cacar dan BCG. Pelaksanaan vaksinasi ini ditetapkan secara nasional pada tahun 1973. Bulan April 1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh World Health Organization (WHO). Pada tahun 1972 juga dilakukan studi pencegahan terhadap Tetanus neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tahun 1976 mulai dikembangkan imunisasi DPT di beberapa kecamatan yang didahului oleh Pulau Bangka di Sumatera Selatan. Tahun 1977 ditentukan sebagai fase persiapan Pengembangan Program Imunisasi (PPI). tahun 1980 program imunisasi rutin terus dikembangkan dengan memberikan tujuh jenis antigen yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B, TT dan DT (Depkes RI, 2005).
Pada tahun 1990 Indonesia telah berhasil mencapai UCI dan cakupan merata secara nasional pada tahun 1993. Langkah selanjutnya untuk membasmi penyakit Polio dan komitmen global tentang Eradikasi Polio maka Indonesia melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional selama 4 tahun mulai tahun 1995, 1996, 1997 dan 2002. Selain PIN antara 1999-2002 juga telah dilakukan beberapa kali Pekan Imunisasi Sub Nasional. Jumlah sasaran yang diimunisasi makin bertambah banyak dengan adanya tambahan kegiatan imunisasi yang meliputi imunisasi pada anak sekolah untuk DT dan TT yang dikenal dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), TT pada wanita usia subur (WUS), cash program pada balita maupun cath up campaign campak pada anak sekolah yang dilanjutkan dengan BIAS Campak. Perkembangan kegiatan imunisasi makin maju dengan adanya uniject (ADS-PID=Auto Disable Syringe Prefill Injection Device), yang mendukung pelaksanaan suntikan yang safe injection dan mampu menghemat vaksin karena uniject merupakan kemasan tunggal. Selanjutnya vaksin tetravalent, yaitu kombinasi vaksin DPT dan HB akan dikembangkan secara bertahap mulai tahun 2004 di 4 propinsi (DIY, NTB, Jatim dan Bangka belitung) dengan target sasaran 20%, tahun 2005 target sasaran 50% dan tahun 2006 target sasaran secara nasional terpenuhi.
2.      Jenis-Jenis Imunisasi
a.       Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat, hal ini bersifat buatan, contohnya adalah penyuntikan anti tetanus serum pada orang yang mengalami luka kecelakaan dan alamiah bila bayi yang baru lahir menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui plasenta selama masa kandungan
Imunisasi pasif terdapat pada bayi baru lahir (Neonatus) sampai umur 5 bulan neonatus mendapatkan dari ibu sewaktu di dalam kandungan berupa zat anti (Antibodi) melalui jalan darah menembus plasenta, zat antibodi itu berupa gamma globulin, mengandung imunisasi yang juga dipunyai ibu. Di dalam Air Susu Ibu (ASI) juga terdapat antibodi terutama di dalam colostrums, yang keluar beberapa hari setelah bersalin yang membantu melindungi bayi terhadap diare dan infeksi lainnya. Namun zat anti itu lambat laun lenyap dari tubuh bayi sampai umur kurang lebih 5 bulan sehingga bayi terhindar dari beberapa penyakit infeksi (Suryana, 1996).
b.      Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi/membentuk antibodi sendiri, hal ini hanya bersifat buatan Imunisasi aktif dibagi menjadi dua hal yaitu :Imunisasi aktif yang didapat secara alami.
Imunitas alami adalah imunitas yang terkuat. Imun yang diperoleh bayi/anak setelah menderita suatu penyakit sembuh sendiri dan menjadi imun.
1)      Imunisasi aktif sengaja dibuat
Imunisasi aktif yang sengaja dibuat yaitu imunisasi yang diberikan pada bayi/anak seperti BCG untuk mencegah penyakit Tuberculosis, DPT untuk mencegah penyakit Diphteri Pertussis dan Tetanus, Polio untuk mencegah penyakit Poliomyelitis, Campak untuk mencegah penyakit campak (Measles).  
Imunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah imunisasi TT (Tetanus Toxoid) untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkan. Bahan yang digunakan umumnya terdiri dari 3 macam antigen yaitu, virus yang masih hidup namun dilemahkan sehingga tidak bisa menimbulkan penyakit namun dapat mengakibatkan imunitas, bakteri atau virus yang telah mati dan toxoid yang dipakai ialah seperti Diphteri dan tetanus (Suryana, 1996).
3.      Kekebalan Terhadap Penyakit Menular
Kekebalan terhadap penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2 yakni:
a.       Kekebalan Tidak Spesifik (Non Spesifik Resistance)
Yang dimaksud dengan faktor-faktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit misalnya kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus) dan sebagainya.
b.      Kekebalan Spesifik (Spesifik Resistance)
Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari dua sumber yakni:
1)      Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan dengan ras warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (Negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax.
2)      Kekebalan yang diperoleh ( Acquired Immunity)
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif. Aktif diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu, selain itu juga dari imunisasi yang berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan organisme patogen (bibit) penyakit, kekebalan pasif diperoleh dari ibunya meloalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu misalnya campak, malaria dan tetanus maka anaknya (bayi) akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau binatang. kekebalan pasif hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja) (Notoatmodjo S, 2003).


4.      Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Tujuan dari pemberian imunisasi yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian, menghindari kecacatan dan mencegah suatu penyakit tertentu (Notoatmodjo S, 2003).
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, terdapat 7 penyakit infeksi pada anak-anak yang dapat menyebabkan kematian atau cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal, ketujuh penyakit tersebut adalah :
a.       Tuberkulosis
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculose yang sebagian besar menyerang masyarakat dengan kelas sosial ekonomi rendah karena umumnya masyarakat ini mengalami gangguan nutrisi sehingga daya tahan tubuh rendah dan tinggal di pemukiman yang padat dan tidak sehat sehingga mudah terjadi penularan penyakit. Apabila seorang anak terkena tuberkulosis, organ tubuh yang akan terkena adalah paru-paru, kelenjar, kulit, tulang, sendi dan selaput otak. Cara penularan adalah melalui droplet atau percikan air ludah yang mengandung kuman tuberkulosis, sedangkan reservoir adalah manusisa. Imunisasi yang dapat mencegah penyakit ini adalah BCG. Ada kesulitan untuk menilai dampak imunisasi BCG terhadap angka kejadian tuberkulosis karena banyaknya faktor yang mempengaruhi, seperti  pemukiman yang padat dan tidak sehat dan banyaknya sumber penularan di masyarakat yang tidak mendapat pengobatan yang tepat.

b.      Diphteri
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium dyphteriae tipe gravis, milis dan intermedius, yang menular melalui percikan ludah yang tercemar. Anak yang terkena penyakit ini akan menunjukkan gejala ringan sampai berat. Gejala ringan dapat berubah membran pada rongga hidung dan gejala berat apabila terjadi obstruksi jalan napas karena mengenai larink, saluran napas bagian atas, tonsil dan kelenjar sekitar leher membengkak. Kematian dapat terjadi apabila gagal jantung dan obstruksi jalan napas yang tidak bisa dihindarkan. Penyakit ini dapat menjadi endemik pada lingkungan masyarakat dengan sosial ekonomi rendah karena banyaknya diphteri kulit yang dialami anak-anak dan menular dengan cepat.
 Imunisasi ini diberikan untuk mencegah penyakit ini adalah DPT pada anak di bawah satu tahun (imunisasi dasar) dan DT pada anak kelas I dan IV SD (booster). 
c.       Pertusis
Penyakit ini disebabkan oleh Bordetella pertusis dengan penularan melalui droplet. Masyarakat awam mengenalnya dengan istilah batuk rejan atau batuk 100 hari. bahaya dari pertusis adalah pneumonia yang dapat menimbulkan kematian. Gejala awal berupa pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan kemudian setelah hari ke 10 batuk bertambah berat dan disertai muntah. Untuk itu imunisasi DPT adalah salah satu cara yang dapat dilakukan karena kekebalan dari ibu tidak bersifat protektif.
d.      Tetanus
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek (sucking) antara 3-28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
e.       Poliomielitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3. Secara klinis penyakit polio adalah anak di bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (Acute Flaccid Paralysis=AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
f.       Campak
Adalah penyakit yang disebabkan virus measles. Disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjungtivitis (mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telingan dan infeksi saluran napas (pneumonia).
g.      Hepatitis B
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayinya selama proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatis, kanker hati dan menimbulkan kematian (Depkes RI, 2005).
Yang perlu dilakukan agar masyarakat khususnya ibu-ibu yang datang diposyandu agar menyebarluaskan informasi/pesan kepada ibu-ibu lain untuk datang diposyandu agar mengetahui tentang imunisasi dan menyadari tentang bahaya penyakit anak yang dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga seorang ibu merasakan bahwa dengan imunisasi anaknya menjadi lebih sehat dan yakin bahwa dengan vaksin dapat mencegah penyakit Polio, Tetanus, Campak, Difteri, Pertusis dan Tuberkulosis terhadap anak-anaknya. Oleh sebab itu petugas dalam melaksanakan penyuluhan harus jelas, praktis dan memberikan motivasi dan membuat masyarakat merasa membutuhkan akan imunisasi pada anaknya secara lengkap (Depkes RI, 1999).
5.      Jadwal Pemberian Imunisasi pada bayi dan Kontra Indikasi

Adapun jadwal pemberian imunisasi pada bayi dapat dilihat dalam tabel di bawah :
Tabel 1 :
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar pada bayi 0-11 bulan

Vaksin
Pemberian Imunisasi
Selang Waktu Pemberian
Umur
          Keterangan      
BCG
DPT

Polio


Campak
Hepatitis B.

1x
3x
(DPT 1,2,3)
4x
(Polio 1,2,3,4)

1x
3x
(Hep.B 1,2,3)
-

4 Minggu

4 Minggu

4 Minggu
0-11 Bulan

2-11 Bulan

0-11 Bulan

9-11 Bulan

0-11 Bulan

Untuk bayi yang lahir di RS/Puskesmas/Rumah Bersalin/Rumah oleh Nakes HB 1/Uniject segera diberikan dalam 24 jam pertama kelahiran, BCG Polio diberikan sebelum bayi pulang kerumah.

(Depkes RI, 2005)

Kontra Indikasi Imunisasi :
BCG            : Sakit kulit, luka ditempat suntikan dan panas.
DPT-1         : Panas lebih dari 38°C riwayat kejang demam.
DPT 2 & 3   : Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT (misalnya suhu tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran, shock atau reaksi anafilaktik lainnya)
DT               : Tidak ada
TT                : Tidak ada
Polio            : Tidak ada
Campak       : Riwayat kejang demam, panas lebih dari 38°C
Hepatitis      : Tidak ada (Depkes RI,1990)

BAB  III
KERANGKA  KONSEP
A.    Dasar Pemikiran
Pengetahuan dan sikap seorang ibu tentang imunisasi sangat dipengaruhi dengan faktor manusianya yaitu seperti pendidikan, umur, pekerjaan dan status sosial ekonominya serta beberapa faktor lainnya, dalam penelitian ini peneliti tidak meneliti ketiga variabel tersebut karena keterbatasan peneliti. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu semakin tinggi pula pengetahuan dan sikap yang diambil dalam menentukan suatu keputusan, faktor umur merupakan faktor yang berhubungan dengan psikologis dan kejiwaan seseorang sehingga semakin tinggi umur seseorang semakin matang kejiwaannya dalam mendapatkan pengetahuan dan pengambilan sikap terhadap suatu keputusan sehingga dapat lebih berperan aktif dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Demikian pula dengan status sosial ekonomi mencerminkan kemudahan yaitu semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang maka untuk mendapatkan akses terhadap pelayanan program seperti imunisasi akan semakin tinggi karena semakin sadar akan pentingnya imunisasi pada bayinya. Oleh sebab itu karena ketiga variabel yaitu pengetahuan dan sikap  merupakan variabel yang terkait langsung dengan status ekonomi maka peneliti meneliti pengaruh dari variabel tersebut sangat berpengaruh terhadap kelengkapan atau status imunisasi dasar.
Sikap yang terdiri dari komponen kognitif, afektif serta kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap, sikap seorang ibu akan hal imunisasi akan memberikan manfaat yang besar demi kelangsungan hidup anaknya dimasa depan dalam mencegah berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sehingga menghasilkan generasi yang lebih produktif.
B.     Bagan Kerangka Konsep
Pengetahuan Ibu
                                        
Imunisasi dasar
 
Sikap Ibu
                                                                                                     

C.  Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1.      Pengetahuan
        Yang dimaksud dengan pengetahuan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi.
Kreteria pengukuran tentang pengetahuan merujuk pada skala Ordinal dimana setiap item mempunyai jawaban benar diberi nilai 1 sedangkan item yang jawabannya salah diberi nilai 0.
Kreteria Obyektif :
Baik                 : bila responden menjawab > 67 %
Cukup             : bila responden menjawab 34%-66%
Kurang                       : bila responden menjawab < 33 %
2.      Sikap
            Yang dimaksud dengan sikap dalam penelitian ini adalah bentuk evaluasi dan reaksi dari ibu tentang status imunisasi bagi bayi, atau sikap ibu terhadap program  imunisasi pada bayi di Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Tahun 2010.
Kreteria pengukuran tentang pengetahuan merujuk pada skala Guttman dimana setiap item mempunyai jawaban ya mempunyai nilai sama dengan (1) sedangkan item yang jawabannya tidak mempunyai nilai (0) dimana sikap keluarga dikatakan :
Kreteria obyektif :
Positif              : bila responden menjawab > 50 %
Negatif                        : bila responden menjawab < 50 %



























BAB IV
METODE PENELITIAN
A.   Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian  dekriktif untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap status imunisasi pada bayi di Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Tahun 2010.
B.   Waktu dan Tempat Penelitian
a.      Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 Juli sampai dengan 5 Agustus 2010.                    
b.      Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mowewe Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka.
C.   Populasi dan Sampel
a.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dan bayinya yang datang di Posyandu dan tercatat di register pelayanan imunisasi Puskesmas Mowewe Kecamatan Mowewe yang berjumlah 126 orang.
b.      Sampel
Sampel penelitian ini yaitu semua yang datang di Posyandu  se-Kecamatan Mowewe, dengan kriteria memenuhi inklusi dan ekslusi, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling.


D.   Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dengan status imunisasi bayi di Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka tahun 2009 dengan menggunakan kuesioner.
  1. Penyajian Data
Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan.




























BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Penelitian
1. Data Umum
 a. Responden menurut umur
Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Umur Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia 0-12 Bulan Yang Mengunjungi Posyandu Puskesmas Mowewe Agustus 2010
No
Umur
n
%
1.
2.
3.
4.
5
16 – 20 tahun
21 – 25 tahun
26 – 30 tahun
31 – 36 tahun
>36 tahun
2
7
14
6
6
5,8
20
40
17,1
17,1

Jumlah
35
100


B


Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat diketahui sebagian besar responden berumur 26-30 tahun yaitu 14 orang (40%) dan yang paling sedikit yaitu responden yang berumur 16-20 tahun yaitu 2 orang (5,8%).
b. Pendidikan
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia 0-12 Bulan Yang Mengunjungi Posyandu Puskesmas Mowewe
Agustus 2010

No
Pendidikan
n
%
1.
2.
3.
4.
SD/MI
SMP/MTs
SMA/MA
Perguruan tinggi
10
13
9
3
28,6
37,1
25,7
8,6

Jumlah
35
100

Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat diketahui sebagian besar berpendidikan SMP yaitu 13 responden (37,1%).
2. Variabel yang diteliti
a. Pengetahuan Ibu Balita Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi
Tabel 3.
Distribusi pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 0-12 bulan tentang imunisasi dasar pada bayi yang berkunjung di Posyandu Puskesmas Mowewe Agustus 2010
No
Pengetahuan
n
%
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
7
19
9
20
54,3
25,7

Jumlah
35
100

Be

Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat diketahui lebih dari 50 % berpengetahuan cukup yaitu 19 responden (54,3%).
b.  Sikap   Ibu Balita Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi
Tabel  4.
Distribusi Sikap ibu yang mempunyai anak usia 0-12 bulan tentang
imunisasi dasar pada bayi yang berkunjung di Posyandu
Puskesmas Mowewe Agustus 2010
No.
Sikap  Ibu
n
Persentase (%)
1.
Positif
15
42,9
2.
Negatif
20
57,1
Jumlah
35
100


D

Berdasarkan tabel 4. di atas, menunjukkan bahwa sikap ibu bulan tentang imunisasi dasar pada bayi yang berkunjung di Posyandu Puskesmas Mowewe adalah Negatif yaitu sebanyak 20 orang(57,1  %) dan yang paling sedikit adalah. Positif sebanyak 15 orang(42,9 %).
B. Pembahasan
1.  Pengetahuan ibu balita tentang imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Mowewe.
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat bahwa lebih dari 50% berpengetahuan cukup yaitu 19 responden (54,3%).
Hasil analisis ini didukung oleh umur responden. Dari data dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 26-30 tahun yaitu 14 responden (40%). Dan responden yang berjumlah paling sedikit adalah berumur 16-20 Tahun yaitu 2 responden (5,8 %).
Usia 26-30 tahun merupakan usia yang reproduktif bagi seseorang untuk dapat memotivasi diri memperoleh pengetahuan yang sebanyak banyaknya. Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jadi semakin matang usia seseorang, maka dalam memahami suatu masalah akan lebih mudah dan dapat menambah pengetahuan (Nursalam dan Pariani, 2001).
Semakin banyak umur atau semakin tua seseorang maka akan mempunyai kesempatan dan waktu yang lebih lama dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Dengan demikian semakin tua umur responden maka tingkat pengetahuan ibu balita tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi semakin baik.
Hasil analisis juga dipengaruhi oleh pendidikan responden. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP/MTs yaitu 13 responden (37,1%), responden berpendidikan SD/MI yaitu 10 responden (28,6%), responden berpendidikan SMA yaitu 9 responden (25,7%) dan responden berpendidikan perguruan tinggi yaitu 3 responden (8,6%).
Menurut Nursalam (2001) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi, sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi namun sebaliknya orang tua yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga ilmu yang dimiliki juga lebih rendah yang berdampak pada kehidupannya.
Penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan responden tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi lebih dari 50% (54,3%) adalah yang mempunyai pengetahuan cukup. Hal ini dikarenakan informasi mengenai imunisasi dasar lengkap pada bayi adalah informasi khusus yang tidak didapat di bangku sekolah atau Perguruan tinggi umum kecuali sekolah kesehatan. Adapun informasi mengenai imunisasi dasar lengkap biasanya diperoleh melalui penyuluhan kesehatan atau melalui tenaga kesehatan baik dipuskesmas atau posyandu.
Dengan demikian pemberian informasi mengenai imunisasi dasar lengkap pada bayi yang diberikan akan mudah diterima oleh responden sehingga akan semakin termotivasi untuk membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
b.   Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi di Puskesmas Mowewe
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana terlihat pada tabel 4. di atas menunjukkan bahwa sikap ibu tentang imunisasi dasar di Puskesmas Mowewe sebagian besar adalah Negatif yaitu sebanyak 20 orang (57,1%) sedangkan sebagian kecil yang sikap positif yaitu 15 orang (42,9%).
            Kenyataan di atas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh New comb, salah seorang ahli psikolog sosial nyata bahwa sikap itu menunjukkan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan palaksana motiv tertentu. Sikap belum merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertentu, bukan merupakan resksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka, sikap merupakan suatu kesiapan untuk objek dilingkungan terhadap objek tertentu sebagai penghayatan (Notoatmodjo,2003).
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek tadi. Jadi sikap senantiasa terarah bermacam-macam hal masih berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan mengenai objek tidak sama dengan sikap objek itu tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecendrungan bertindak sesuai pengetahuan itu. (Notoatmodjo, 2003)
Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap ibu tentang imunisasi dasar di Puskesmas Mowewe adalah Negatif. Hal ini dapat dilihat dari sikap ibu yang cenderung tidak ikut berperan serta dalam Posyandu.














BAB VI
                       KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan dan sikap ibu terhadap imunisasi dasar di Puskesmas Mowewe Kabupaten Kolaka tahun 2010, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di Puskesmas Mowewe adalah cukup.
2.      Sikap ibu tentang imunisasi dasar di Puskesmas Mowewe menyatakan negatif.
B.     Saran-saran
Dengan memperhatikan hasil penelitian dengan segala keterbatasan yang peneliti miliki, maka peneliti ajukan beberapa saran:
1.     Diharapkan bagi tenaga kesehatan unutk lebih aktif dan berpartisipasi dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang fungsi pemberian imunisasi dasar pada bayi.                                                                                   
2.      Bagi ibu yang mempunyai bayi diharapkan ikut berpartisipasi dan rajin  mengikuti penyuluhan-penyuluhan  yang  diadakan  oleh  tenaga   kesehatan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar