BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi rapuh disertai dengan menurunya cadangan hampir semua sistem fisiologis proses tersebut disertai dengan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian. Pendapat lain mengatakan bahwa menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita. (Roger Watson , 2003)
Terjadinya proses menua disertai dengan berbagai perubahan baik dari fisik maupun psikososial. Perubahan fisik dapat dilihat antara lain dari perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan dan kulit. Perubahan lainnya yaitu pada bagian dalam tubuh seperti pada sistem saraf otak, limpa, dan hati. Perubahan pada panca indra ternyata juga terjadi pada penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, perubahan pada motorik antara lain berubahnya kekuatan, dan kecepatan dan belajar keterampilan baru (Roger Watson,2004).
Perubahan secara psikososial lanjut usia antara lain keadaan pensiun dari pekerjaan, kehilangan pekerjaan, kehilangan finansial, kehilangan status, keadaan sadar akan kematian, perubahan cara hidup. Disamping itu lanjut usia juga mengalami penurunan secara ekonomi karena pemberhentian dari jabatan sedangkan biaya hidup semakin bertambah dan mahalnya biaya berobat. Dampak dari perubahan pada lanjut usia cenderung pada bentuk perubahan yang negatif.
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam hal perawatan lanjut usia untuk memberikan kemudahan dalam pemenuhan ADL (Activity Daily Living) lanjut usia. keterbatasan lanjut usia juga dapat menyebabkan perubahan psikososial lanjut usia berubah, perlu kesiapan dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga agar dapat memberikan pemenuhan kebutuhan perawatan terhadap lanjut usia.
Merawat lansia (orang lanjut usia) memberikan suatu tantangan keperawatan tertinggi banyak pekerjaan yang dilakukan di dalam area ini. Perawatan berada dalam posisi unik ketika merawat, lansia untuk mempengaruhi hasil perawatan tidak hanya melalui aplikasi praktik biasa, akan tetapi juga melatih keterampilan dan melalukan koordinasi dengan disiplin ilmu lain mencapai kepuasan hasil yang di harapkan pada setiap individu.
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat lansia yang sakit, perlu dikaji pengetahuan keluarga tentang yang dialaminya, bagaimana sikap keluarga terhadap bantuan kesehatan serta bagaimana tindakan keluarga dalam mengatasi kesehatan lansia. (Suprajitno, 2004)
Berdasarkan data yang diperoleh dari wilayah kerja Puskesmas Wundulako, beberapa desa yang mempunyai lansia salah satunya terdapat pada desa Unamendaa yaitu berjumlah 164 orang lansia yang berumur 45-70 tahun keatas. (PKM Wundulako, 2009)
Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Studi Tentang Prilaku Keluarga Terhadap Perawatan Lanjut Usia Di Desa Unamendaa Wilayah Kerja Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2009 ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Perilaku Keluarga Terhadap Perawatan Lansia Di Desa Unamendaa Di Wilayah Kerja Puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka”.
C. Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang perilaku keluarga dalam perawatan lansia di desa unamendaa di wilayah kerja puskesmas wundulako kabupaten kolaka.
- Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan keluarga terhadap perawatan lansia.
b. Untuk memperoleh informasi tentang sikap keluarga terhadap perawatan lansia.
c. Untuk memperoleh informasi tentang tindakan keluarga terhadap perawatan lansia.
D. Manfaat penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah gambaran pendekatan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan tentang perawatan lanjut usia.
2. Hasil penelitian ini diharapkan agar perawat dapat mengembangkan keperawatan keluarga terhadap lanjut usia dan memberikan gambaran baru kepada keluarga tentang pemenuhan kebutuhan lanjut usia sehingga diperoleh satu kesatuan antara tercapainya peran keluarga dan terpenuhinya kebutuhan perawatan yang diperlukan lanjut usia yang dirawat dalam kehidupan keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Prilaku Keluarga Terhadap Perawatan Lansia
Keluarga didefenisikan sebagai suatu sistem sosial yang hidup. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling tergantung, yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu, yakni fungsi-fungsi keluarga atau tujuan-tujuan.
Dalam sebuah unit keluarga disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga, dan dalam hal tertentu, seringkali akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan unit ini secara keseluruhan. Keluarga merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat dan bersifat mandiri, dimana masalah-masalah seorang individu “menyusup” dan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan seluruh sistem.
Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan lansia, bahwa peran dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan lansia, mulai dari strategi hingga fase rehabilitasi. Mengkaji/menilai dan memberikan perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam membantu setiap anggota keluarga untuk mencapai suatu keadaan sehat.
Melalui perawatan keluarga yang berfokus pada peningkatan serta upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi risiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan. Tujuannya adalah untuk mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang mana secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari setiap anggota keluarga termasuk dalam hal perawatan lansia.
B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Keluarga
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Dimana pengetahuan merupakan unsur mengisi akal dan alam jiwa seseorang yang sadar dan secara nyata terkandung dalam otaknya.
Pengetahuan tertentu tentang kesehatan mungkin penting sebelum suatu tindakan kesehatan pribadi terjadi, tetapi tindakan kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi, kecuali apabila seseorang mendapat isyarat yang cukup untuk memotivasinya bertindak atas dasar pengetahuan yang dimiliki.
Pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia bagian terpenting dalam memperbaiki kesehatan lansia tersebut yang mencakup pengetahuan mengenai perawatannya, perubahan berkaitan dengan perawatannya. Peran serta keluarga serta tanda-tanda yang perlu diwaspadai. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan keluarga dapat bermotivasi untuk menjaga dengan baik.
C. Tinjauan Umum Tentang Sikap Keluarga
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap orang. Objek atau situasi tertentu. Sikap yang mengandung suatu penilaian emosional/efektif (senang, benci, sedih) di samping komponen kognigtif (pengaturan tentang objek) serta aspek kognitif (kecenderungan untuk bertindak) sedangkan pengetahuan lebih bersifat pengenalan terhadap suatu benda secara objektif.
Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan prilaku dan prilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya.
Menurut W. A. Gerungan sikap adalah suatu pola prilaku atau kesiapan antisipatif prediposisi untuk menyesuiakan dalam situasi sosial dengan kata lain bahwa sikap adalah kesediaan untuk bereaksi terhadap suatu objek. Pada prinsipnya bahwa sikap terdiri tiga komponen yakni :
a. Kepercayaan/keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak, mucchielli menguraikan sikap sebagai suatu kecenderungan jiwa atau perasaan yang relatife terhadap kategori tertentu dari objek, orang atau perasaan. Bahkan kirscht menyatakan bahwa sikap menggambarkan suatu kumpulan keyakinan yang selalu mencakup aspek evaluatif, sehingga sikap selalu dapat diukur dalam bentuk baik dan buruk, positif atau negatif.
Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup dan sikap merupakan kesiapan atau kesediaan bertindak, keyakinan atau kepercayaan mengenai perawatan yang akan dilakukan oleh keluarga tersebut.
D. Tinjauan Umum Tentang Tindakan Keluarga
Tindakan keluarga terhadap perawatan lansia sangat tergantung pada kebiasaan keluarga. Tindakan tersebut dapat dilihat bagaimana proses perawatan sehari-hari.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (ovening behavior) atau terwujudnya sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.
Tingkat tindakan ada 4 yaitu :
1. Persepsi (preseption) yaitu mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
2. Respon terpimpin (guieded respon) yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang sebenarnya.
3. Mekanisme (mechanism) yaitu apabila seseorang telah dapat mekanisme sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesudah itu merupakan kebiasaan.
4. Adaptasi (adaptation) yaitu suatu tindakan atau praktek yang sudah berkembang dengan baik dan dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
E. Tinjauan Umum Tentang Lansia
Menurut Word Health Orgazation (WHO) bahwa lanjut usia digolongkan menjadi usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut (edderly) antara 60-70 tahun, usia lanjut (old) 71-90 tahun dan usia (very old) diatas 90 tahun. (Watson, 2003)
Menurut Sumiati Ahmad memberikan batasan bahwa lanjut usia seseorang yang memasuki tahap usia 60 tahun ke atas.
Menurut Undang-Undang no 4 tahun 1965 bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan kehidupan sehari-hari dan mencari nafkah yang lain (Watson, 2003)
1. Konsep proses menua
Proses menua adalah proses yang mengubah orang dewasa laki-laki dan perempuan sehat menjadi rapuh di sertai dengan menurunnya cadangan hampir semua sistem fisiologis dan disertai pula dengan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit, walau proses menua dan usia salin berkaitan dalam bentuk yang sama dan rumit, sehingga sulit membedakan keduanya (Suprajitno, 2004)
Proses menua normal merupakan suatu proses yang ringan, ditandai dengan menurunnya fungsi secara bertahap tetapi tidak ada penyakit sama sekali sehingga tetap terjaga baik. Sebaliknya proses menua patologis ditandai dengan kemunduran fungsi organ sejalan dengan umur tetapi bukan akibat umur tua, melainkan akibat penyakit yang muncul pada orang tua. (Stanley , 2007)
Dari berbagai teori yang dikemukakan untuk menjelaskan proses menua, sebagian besar dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu teori genetik mengasumsikan bahwa tentang hidup dan laju proses menua dikontrol dari informasi didalam molekul DNA di dalam gen. Terori akumulasi kerusakan dalam NA, RNA dan sintesis protein spesifik, enzim, dan juga mutasi somatik akibat berbagai pengaruh yang merusak seperti radiasi ion (Setiabudhi, 1999)
2. Dampak kemunduran reaksi-reaksi yang terjadi pada lansia
Kemunduran-kemunduran yang terjadi atas dampak terhadap tingkah laku dan terhadap perasaan orang yang memasuki lanjur usia. Jelas jika berbicara tentang menjadi tua, kemunduran, ada paling banyak dikemukakan tetapi di samping berbagai macam kemunduran, ada sesuatu yang dikatakan justru meningkat dalam proses menua yaitu sensivitas emosional seseorang yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah pada masa menua.
Kemunduran fisik yang terjadi pada dirinya membawa yang bersangkutan pada kesimpulan bahwa kecantikan apapun atau ketampanannya yang mereka miliki mulai menghilang. Ini baginya berarti kehilangan daya tarik dirinya. Wanita biasanya di puji orang karena kecantikan dan keindahan fisik. Tetapi tidak berarti pada msa ini tidak mengalami atau merasakan hal yang serupa pada pria sedang mengalami proses menua, tetapi menginginkan dirinya menarik lawan jenisnya. (Watson, 2003)
3. Penyakit yang sering di jumpai pada lansia
Menurut The Nasional old people’s warfare council di inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam, yaitu :
a. Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan
b. Gangguan pada koksa atau sendi panggul
c. Anemia
d. Demensia
e. Gangguan penglihatan
f. Ansietas atau kecemasan
g. Dekompensasi kordis
h..Gangguan penglihatan
i. Ansietas
j. Diabetes Mellitus, Osteomalasia dan Hipotiroid
k. Gangguan pada defekasi
Penyakit usia lanjut di Indonesia yaitu: penyakit sistem pernapasan, penyakit cardiovaskuler dan pembuluh darah, penyakit sistem urogenital, gangguan metabolik dan endokrin, penyakit pada persendian, dan tulang yang disebabkan oleh keganasan yang diperberat oleh faktor luar seperti makanan, kebiasaan hidup yang salah, infeksi dan trauma.
Menurut WHO community study of the olderly central java 1990 mengemukakan bahwa penyakit dan keluhan yang sering muncul pada lanjut usia yaitu rheumatisme, hipertensi, bronchitis, DM, stoke, Fraktur tulang, kanker dan masalah kesehatan yang mempengaruhi activity daily living (ADL.)
4. Permasalahan pada lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia antara lain (Setiabudi, 1999)
a. Permasalahan umum
1) Makin besarnya jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri
4) Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga professional
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan dan pembinaan kesejahteraan lansia
b. Permasalahan khusus
1) Berlansungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia
3) Rendahnya produktivitas kerja lansia
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat
5) Adanya dampak negative dari proses pembangunan yang dapat menggunakan kesehatan fisik lansia
5. Perubahan sel dalam proses penuaan
a. Perubahan yang terjadi pada sel ketika seseorang menjadi lanjut usia adalah (Setiabudhi, 1999)
1) Adanya perubahan genetik yang mengakibatkan terganggunya metabolisme protein.
2) Terjadinya ikatan DNA dengan protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetik.
3) Gangguan metabolisme muctic acid dan deoxynuclele acid (DNA)
4) Gangguan kegiatan enzyme dan sistem pembuatan enzyme.
5) Menurunnya proporsi protein diotak, ginjal dan hati.
6) Terjadinya pengurangan parenchyama.
7) Penambahan lipofuscion.
b. Perubahan yang terjadi diotak lanjut usia adalah
1) Otak menjadi atrofis, beratnya berkurang 5-10 % ukurannya mengecil, terutama dibagian parasagital, frontal dan parietal.
2) Jumlah neuron berkurang dan tak dapat diganti baru. Disamping itu terjadi penyusunan sel pyramidal cortes, cerebral dan pengurangan sel non pyramidal.
3) Terjadi pengurangan neurotransmitter
a.) Sel pyramidal : asam amino, asam glutamik, dan asam asparttc
b) Sel non pyramidal : gemma amino butyric acid (GABA), noradrenaline, somatostatin.
c) Lain-lain : monoamines, dopamine, horaprenaline, noradrenaline, serotonio.
4) Terbentuknya struktur abnormal di otak dan terakumulasinya pigmen organik mineral seperti lipofuscin, amyloid, plak dan neurofibrillary tagle
5) Perubahan biologis lainnya yang mempengaruhi di otak, seperti gangguan indera telinga, mata, gangguan kardiovaskuler, gangguan kelenjar thyroid dan kartikosteroid
c. Perubahan jaringan
1) Terjadinya penurunan cytoplasma protein
2) Peningkatan metaplasmie protein seperti kalogen dan elastin
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Peningkatan penduduk lansia pada dasarnya merupakan dampak positif dari pembangunan. Pembangunan meningkatakan taraf hidup masyarakat, menurunkan angka kematian dan meningkatkan usia harapan hidup. Namun, disisi lain pembangunan secara tidak langsung juga berdampak negatif melalui perubahan nilai-nilai dalam keluarga yang berpengaruh kurang baik terhadap kesejahteraan lansia
Prilaku keluarga dalam pengetahuan adalah segalah sesuatu yang diketahui oleh keluarga terhadap perawatan usia lanjut. Disini dapat dilihat bagaimana proses perawatannya.
Prilaku keluarga dalam sikap adalah segala sesuatu yang diketahui oleh keluarga terhadap perawatan usia lanjut. Hal tersebut dapat dilihat bagaimana sikap dalam mengambil keputusan.
Prilaku keluarga dalam tindakan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh keluarga terhadap perawatan usia lanjut. Hal tersebut dapat dilihat bagaimana proses dalam mengambil tindakan.
|
|
|
B. Variabel Penelitian
1. Variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan
2. Variabel dependen yaitu perawatan lansia
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1. Pengetahuan keluarga
Adalah pengetahuan keluarga tentang perawatan pada lansia
Kreteria Obyektif :
Kreteria pengukuran tentang pengetahuan merujuk pada skala Ordinal dimana setiap item mempunyai jawaban 1 dikatakana (benar) sedangkan item yang jawabannya 0 dikatakan (salah)
Baik : bila responden menjawab > 67 %
Kurang : bila responden menjawab < 33 %
2. Sikap keluarga
Adalah sikap keluarga dalam merawat lansia
Kreteria obyektif :
Kreteria pengukuran tentang pengetahuan merujuk pada skala Guttman dimana setiap item mempunyai jawaban setuju mempunyai nilai sama dengan (1) sedangkan item yang jawabannya tidak setuju mempunyai nilai (0) dimana sikap keluarga dikatakan :
Positif : bila responden menjawab > 50 %
Negatif : bila responden menjawab < 50 %
3. Tindakan keluarga
Adalah proses
Kreteria Obyektif :
Kreteria pengukuran tentang pengetahuan merujuk pada skala guttman, dimana setiap item mempunyai jawaban setuju mempunyai nilai sama dengan (1) sedangkan item yang jawabannya tidak setuju mempunyai nilai (0) dimana tindakan keluarga dikatakan :
Positif : bila responden menjawab ya > 50 %
Negatif : bila responden menjawab tidak < 50 %
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang prilaku keluarga terhadap perawatan lansia di Desa Unamendaa Kecamatan Wundulako tahun 2009.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Unamendaa kecamatan Wundulako
2. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada Tanggal 2 November sampai dengan 2 Desember 2009
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai Lansia di Desa Unamendaa Kecamatan Wundulako
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai Lansia yang dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik Purposive sampling, dengan kreteria yaitu :
1. Bersedia menjadi responden
2. Keluarga yang mempunyai lansia
3. Bisa baca dan tulis
D. pengumpulan data
1. Data Primer
Yaitu data dalam penelitian yang diperoleh dengan melakukan survey dan wawancara langsung dengan responden atau dengan bantuan kuesioner.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari puskesmas
E. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
a. Coding yaitu data yang diperoleh dari hasil catatan dan laporan dan catatan puskesmas.
b. Tabulasi yaitu memindahkan data secara manual dengan bantuan kakulator.
2. Penyajian Data
Data yang telah diperoleh dan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan penjelasan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Demografi Responden
a. Umur Responden
Tabel 1.
Distribusi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Unamendaa Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka
Desember 2009
No. | Umur | n | Persentase (%) |
1. | 20-30 tahun | 38 | 50,7 |
2. | 31-40 tahun | 27 | 36 |
3. | 41-50 tahun | 10 | 13,3 |
Jumlah | 75 | 100 |
Dari tabel di atas, menunjukkan umur responden yang paling banyak di Desa Unamendaa yaitu kelompok umur 20 -30 tahun sebanyak 38 orang (50,7 %) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 10 orang (13,3 %).
b. Jenis Kelamin
Tabel 2.
Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Unamendaa Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka
Desember 2009
No. | Jenis Kelamin | n | Persentase (%) |
1. | Laki-Laki | 26 | 34,7 |
2. | Perempuan | 49 | 65,3 |
Jumlah | 75 | 100 |
Dari tabel di atas, menunjukkan jenis kelamin responden yang paling banyak di Desa Desa Unamendaa yaitu perempuan sebanyak 49 orang(65,3 %) dan yang paling sedikit adalah laki-laki sebanyak 26 orang(34,7 %)
c. Tingkat Pendidikan
Tabel 3.
Distribusi responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Unamendaa Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka
Desember 2009
No. | Tingkat Pendidikan | n | Persentase (%) |
1. | Tidak sekolah | 8 | 10,7 |
2. | SD sederajat | 23 | 30,7 |
3. | SMP sederajat | 13 | 17,3 |
4. | SMA sederajat | 21 | 28 |
5. | PT | 10 | 13,3 |
Jumlah | 75 | 100 |
Dari tabel di atas, menunjukkan tingkat pendidikan responden yang paling banyak di Desa Unamendaa yaitu SD Sederajat sebanyak 23 orang(30,7 %) dan yang paling sedikit adalah Tidak Sekolah yaitu sebanyak 8 orang(10,7 %)
d. Pekerjaan
Tabel 4.
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Desa Desa Unamendaa Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka
Desember 2009
No. | Pekerjaan | n | Persentase (%) |
1. | Petani | 39 | 52 |
2. | PNS/TNI/POLRI | 9 | 12 |
3. | Wiraswasta | 17 | 22,7 |
4. | IRT | 10 | 13,3 |
Jumlah | 75 | 100 |
Dari tabel di atas, menunjukkan tingkat pendidikan responden yang paling banyak di Desa Unamendaa yaitu Petani sebanyak 39 orang(52 %) dan yang paling sedikit adalah PNS/TNI/POLRI yaitu sebanyak 9 orang(12 %)
2. Variabel yang diukur
a. Pengetahuan Keluarga
Tabel 5.
Distribusi Responden Tentang Pengetahuan Keluarga Terhadap Perawatan Lansia di Desa Unamendaa Kecamatan
Wundulako Kabupaten Kolaka
Desember 2009
No. | Pengetahuan | n | Persentase (%) |
1. | Baik | 20 | 26,7 |
2. | Cukup | 21 | 28 |
3. | Kurang | 34 | 45,3 |
Jumlah | 75 | 100 |
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa pengetahuan tentang perawatan lansia yang paling banyak adalah kurang 34 orang(45,3 %), cukup sebanyak 21 orang ( 28 %) dan baik sebanyak 20 orang(26,7 %)
b. Sikap Keluarga
Tabel 6.
Distribusi Responden Tentang Sikap Keluarga Terhadap Perawatan Lansia di Desa Unamendaa Kecamatan Wundulako
Kabupaten Kolaka
Tahun 2009
No. | Sikap | n | Persentase (%) |
1. | Positif | 47 | 62,7 |
2. | Negatif | 28 | 37,3 |
Jumlah | 75 | 100 |
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sikap keluarga terhadap perawatan lansia yang paling banyak di Desa Unamendaa adalah Positif sebanyak 47 orang(62,7 %) dan yang paling sedikit adalah Negatif yaitu sebanyak 28 orang(37,3 %).
c. Tindakan Keluarga
Tabel 7.
Distribusi Responden Tentang Tindakan Keluarga Terhadap Perawatan Lansia di Desa Unamendaa Kecamatan Wundulako
Kabupaten Kolaka
Tahun 2009
No. | Tindakan | n | Persentase (%) |
1. | Positif | 29 | 38,7 |
2. | Negatif | 46 | 61,3 |
Jumlah | 75 | 100 |
Dari tabel di atas, menunjukkan tindakan keluarga terhadap perawatan lansia yang paling banyak di Desa Unamendaa adalah negatif sebanyak 46 orang(61,3 %) dan yang paling sedikit adalah Positif yaitu sebanyak 29 orang(61,3 %).
B. Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian dan pengolahan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya angka kejadian ispa di desa lembah subur kecamatan ladongi kabupaten kolaka dari tanggal 2 November sampai dengan 2 Desember 2009, diperoleh 75 responden yang memenuhi kriteria. untuk lebih jelasnya hasil penelitian tersebut dibahas menurut variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan keluarga
Berdasarkan data hasil penelitian sebagaimana yang telihat pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa pengetahuan tentang perawatan lansia yang paling banyak adalah kurang 34 orang(45,3 %), cukup sebanyak 21 orang ( 28 %) dan baik sebanyak 20 orang(26,7 %)
Melihat besarnya jumlah responden yang memiliki pengetahuan kurang terhadap perawatan lansia itu sendiri yaitu 34 orang dapat disimpulkan bahwa kurangnya peran serta keluarga dalam perawatan lansia dengan baik, hali ini juga didukung oleh latar belakang pendidikan responden yang rendah yang dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan responden atau keluarga.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah usia, dimana semakin matang usia seseorang maka semakin banyak informasi dan pengalaman yang diperoleh.
Hal ini sinkron dengan pendapat yang dikemukakan oleh Roger Watson (2003) bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia bagian terpenting dalam memperbaiki kesehatan lansia tersebut yang mencakup pengetahuan mengenai perawatannya, perubahan berkaitan dengan perawatannya. Peran serta keluarga serta tanda-tanda yang perlu diwaspadai. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan keluarga dapat bermotivasi untuk menjaga dengan baik.
2. Sikap Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana terlihat pada tabel 6. di atas menunjukkan bahwa sikap keluarga terhadap perawatan lansia di Desa Unamendaa sebagian besar adalah positif yaitu 47 orang (62,7%) sedangkan sebagian kecil yang sikap negatif yaitu 24 orang (37,3%)
Kenyataan di atas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh New comb, salah seorang ahli psikolog sosial nyata bahwa sikap itu menunjukkan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan palaksana motiv tertentu. Sikap belum merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertentu, bukan merupakan resksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka, sikap merupakan suatu kesiapan untuk objek dilingkungan terhadap objek tertentu sebagai penghayatan (Notoatmodjo, 2003).
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek tadi. Jadi sikap senantiasa terarah bermacam-macam hal masih berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan mengenai objek tidak sama dengan sikap objek itu tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecendrungan bertindak sesuai pengetahuan itu. (Notoatmodjo, 2003)
Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap keluarga di Desa Unamendaa adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari sikap masyarakat yang cenderung ikut berperan serta dalam perawatan lansia.
3. Tindakan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana terlihat pada tabel 6. di atas menunjukkan bahwa tindakan keluarga terhadap perawatan lansia di Desa Unamendaa sebagian besar adalah positif yaitu 47 orang (62,7%) sedangkan sebagian kecil yang sikap negatif yaitu 24 orang (37,3%)
Tindakan keluarga terhadap perawatan lansia sangat tergantung pada kebiasaan keluarga. Tindakan tersebut dapat dilihat bagaimana proses perawatan sehari-hari.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (ovening behavior) atau terwujudnya sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Dimana tingkat tindakan ada 4 yaitu :persepsi (preseption), respon terpimpin (guieded respon) , mekanisme (mechanism), adaptasi (adaftation).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tindakan keluarga terhadap perawatan lansia di Desa Unamendaa dalah negatif, walaupun sikap keluarga positif tetapi dalam implementasinya nihil. hal ini kemungkinan disebabkan Karena keluarga lebih mengutamakan pekerjaan, dengan kesibkan tersebut sehingga keluarga tidak mempunyai waktu untuk merawat lansia.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perilaku keluarga terhadap perawatan lanjut usia di desa Unamendaa wilayah kerja puskesmas Wundulako Kabupaten Kolaka tahun 2009, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia di Desa Unamendaa adalah kurang.
2. Sikap keluarga tentang perawatan lansia di Desa Unamendaa menyatakan Positf.
3. Tindakan keluarga tentang perawatan lansia di Desa Unamendaa menyatakan negatif
B. Saran-saran
Dengan memperhatikan hasil penelitian dengan segala keterbatasan yang peneliti miliki, maka peneliti ajukan beberapa saran:
1. Diharapkan kepada pemerintah setempat untuk lebih memperhatikan perawatan lansia di Desa Unamendaa Kabupaten Kolaka..
2. Diharapkan bagi tenaga kesehatan unutk lebih aktif dan berpartisipasi dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang peran keluarga dalam perawatan lansia.
3. Bagi warga diharapkan berpartisipasi dan rajin mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar